Oleh Kiyai Saidah
Bukti Silat Lidah Fitnah Wahabi...
Catatan sebelum membaca artikel
ini;
1. Kali ini penulis akan menyampaikan sebuah artikel “PENGERTIAN BID’AH”
dari situs-situs Wahabi, salah satunya adalah; www.belajarsalafi.blogspot.com.
2. Artikel yang dimaksud akan ditampilkan apa adanya tanpa diedit, hanya
akan dicetak warna biru pada paragraf yang akan dikomentari. Sedangkan komentar
dari penulis akan dicetak warna merah. Walaupun agak rumit karena setiap
kejanggalan akan langsung ditanggapi secara sederhana, hal ini untuk membantu
logika warga awam sunni untuk menangkal fitnah Wahabi. Namun penjelasan
ilmiyahnya ada pada link-nya masing-masing.
3. Penulis bertujuan untuk membuktikan bahwa sekte Wahabi benar-benar
menggunakan, emosi, hawa nafsu, dan syahwatnya dalam memperlakukan agama Islam,
sehingga penulis menganggap cukup dengan hanya menanggapi secara logika awam
Wahabi. Mana yang sekiranya menguntungkan bagi diri dan kelompoknya akan dibela
mati-matian walaupun harus membuang Al-Qur’an (baca; menjungkir balikkan
logika Islam persis seperti yang dilakukan Yahudi-Karena faktanya a. Silsilah Abdul Wahab pendiri sekte Wahabi adalah Yahudi.
b. Dalam membangun madzhab dan kerajaan Saudi atas persekongkolan
dengan Inggris Raya/Yahudi barat dengan imbalan negeri palestina diserahkan
kepada Yahudi). Dan mana yang sekiranya tidak menguntungkan akan
diperjuangkan walaupun harus merombak Al-Qur’an.
4. Ingat...! tulisan cetak hitam merupan artikel otentik Wahabi.
5. Cetak biru merupakan kalimat otentik (Wahabi) yang akan dikomentari.
6. Cetak merah komentar dari penulis (Sunni).
7. Untuk membongkar semua bid’ah yang dilakukan Wahabi, baca semua link
yang ada pada artikel ini. Pada
akhir artikel ini akan ditampilkan artikel aslinya tanpa diedit;
Baca dengan
hati terbuka, tenang, teliti dan jangan emosi, semoga hidayah Allah bagi yang
tersest...
Bismillahirrahmanirrahim.
PENGERTIAN BID'AH MACAM-MACAM
BID'AH DAN HUKUM-HUKUMNYA
PENGERTIAN BID'AH
Oleh: Syaikh Shalih bin Fauzan bin
Abdullah Al-Fauzan
Bid'ah menurut bahasa,
diambil dari bida' yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh. Sebelumnya Allah
berfirman.
Badiiu' as-samaawaati wal ardli
"Artinya: Allah pencipta langit dan bumi" [Al-Baqarah : 117]
Artinya adalah Allah yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya.
Juga firman Allah.
Qul maa kuntu bid'an min ar-rusuli
"Artinya : Katakanlah : 'Aku bukanlah rasul yang pertama di antara
rasul-rasul". [Al-Ahqaf : 9].
Maksudnya adalah : Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah
ini dari Allah Ta'ala kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari
para rasul yang telah mendahuluiku.
Dan dikatakan juga : "Fulan mengada-adakan bid'ah", maksudnya : memulai satu cara yang belum ada sebelumnya.
Dan perbuatan bid'ah itu ada dua bagian :
[1] Perbuatan bid'ah dalam adat istiadat (kebiasaan); seperti adanya
penemuan-penemuan baru di bidang IPTEK (juga termasuk didalamnya
penyingkapan-penyingkapan ilmu dengan berbagai macam-macamnya). Ini adalah
mubah (diperbolehkan); karena asal dari semua adat
istiadat (kebiasaan) adalah mubah (1).
TANGGAPAN
WARGA SUNNY/NU:
(1) Nah.. yang dilakukan oleh warga SUNNY/NU Indonesia
selama ini kamu (Wahabi) pikir apa? Dikira tradisi tahlilan, ziarah kubur,
maulid Nabi itu ibadah? Perlu diketahui oleh Wahabi, bahwa tidak ada satupun
warga SUNNY melakukan tradisi itu terbesit keyakinan di benaknya bahwa
tahlilan, perayaan maulid Nabi, dll, merupakan masalah agama. 1. Itu adalah
adat istiadat/tradisi (Artinya; dilakukan boleh, dan tidak dilakukanpun boleh).
2. Orang SUNNY/NU menganggap bahwa tradisi itu dapat digunakan sebagai metode
dakwah sangat ampuh yang telah dibuktikan para wali songo meng-Islamkan
nusantara. 3. Bandingkan dengan metode dakwah Wahabi yang menggunakan metode
teror faham dengan mengkafir-kafirkan dan menebarkan kebencian kepada orang
lain dan teror fisik dengan ngebom-ngebom orang lain dengan alasan jihad dan merusak
sebagaimana yang dilakukan oleh lasykar-lasykar dan front-front Islam Wahabi.
Gimana tuh hukumnya membunuh dan bunuh diri. Tidak ada fakta satupun ummat
sunni yang melakukan bunuh diri. Bila doktrin mengkafirkan atau bahkan doktrin
gelap untuk membunuh orang lain karena bukan golongannya dilakukan oleh Wahabi
apakah tidak sama dengan merombak ajaran suci Al-Qur’an;
بسم الله الرحمن الرحيم
Perbuatan meledakkan diri dan membunuh kaum muslimin merupakan
dosa besar yang diharamkan oleh Islam dikarenakan besarnya kerusakan yang
ditimbulkan oleh perbuatan tersebut. Berikut ini akan kami sebutkan beberapa
hal yang berkaitan dengan keharaman perbuatan keji ini disertai dengan
dalil-dalilnya dari Al Qur`an dan As Sunnah.
1. Haram hukumnya bunuh diri, baik itu membunuh diri sendiri ataupun juga
menyebabkan terbunuhnya kaum muslimin yang lain dengan sebab perbuatannya itu.
a. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
“Janganlah kalian membunuh diri-diri kalian. Sesungguhnya Allah sangat
menyayangi kalian.” [QS An Nisa`: 29]
b. Dalil lainnya adalah firman Allah ta’ala:
وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ
“Janganlah kalian membunuh jiwa yang telah diharamkan oleh Allah kecuali dengan
sebab yang dibenarkan (oleh syariat).” [QS Al An’am: 151]
Di antara hal-hal yang menghalalkan darah seorang muslim untuk ditumpahkan
adalah: hukum rajam bagi yang orang berzina setelah dia menikah, hukum qishash
(balas bunuh) terhadap seorang pembunuh, hukum bunuh bagi orang yang murtad
dari Islam, dll.
c. Dalil lainnya adalah firman Allah ta’ala:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
“Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya adalah
neraka Jahannam (dan dia) kekal di dalamnya, Allah akan marah kepadanya,
melaknatnya, dan menyediakan untuknya siksaan yang dahsyat.” [QS An Nisa`: 93]
2. Jangankan membunuh kaum muslimin, membunuh orang kafir mu’ahad (yang
sedang dalam ikatan perjanjian damai dengan kaum muslimin), kafir dzimmi (yang
berada di dalam kekuasaan kaum muslimin), dan musta`man (yang meminta
perlindungan kepada kaum muslimin) saja diharamkan di dalam Islam meskipun
mereka masih berstatus kafir.
Dalilnya adalah hadits Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi
Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
“Barangsiapa yang membunuh kafir mu’ahad maka dia tidak bisa mencium aroma
surga, padahal aromanya tercium dari jarak empat puluh tahun perjalanan.” [HR
Al Bukhari (3166)].
Artikel lanjutan Wahabi:
[2] Perbuatan bid'ah di dalam
Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada dalam dien itu adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah) ; Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Barangsiapa yang mengadakan hal
yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang bukan dari urusan
tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima)". Dan di dalam
riwayat lain disebutkan : "Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan
yang bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak".
MACAM-MACAM BID'AH
Bid'ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :
[1] Bid'ah qauliyah 'itiqadiyah : Bid'ah perkataan
yang keluar dari keyakinan, seperti
ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu'tazilah, dan Rafidhah serta semua
firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan
mereka.
TANGGAPAN WARGA SUNNY/NU:
(Lalu bagaimana aqidah Wahabi yang meyakini
Allah duduk di singgasana, yang dikatakan/digambarkan oleh IMAM BESAR WAHABI
IBNU TAIMIYAH bahwa Allah bersemayam di arsy itu sebagaimana aku duduk di atas
mimbar ini/masjid; banyak artikikel otentik yang menjelaskan aqidah gelap
wahabi yang jelas-jelas menyerupakan pencipta kepada makhluq, lebih jelasnya
klik disini)
[2] Bid'ah fil ibadah :
Bid'ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak
disyari'atkan oleh Allah : dan bid'ah dalam ibadah ini ada beberapa bagian
yaitu :
[a]. Bid'ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan suatu
ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari'at Allah Ta'ala, seperti mengerjakan
shalat yang tidak disyari'atkan (1), shiyam
yang tidak disyari'atkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak
disyariatkan seperti pesta ulang tahun kelahiran
(2) dan lain sebagainya.
TANGGAPAN WARGA SUNNY/NU:
(1) (Lalu bagaimana
dengan jamaah tarawih yang dilakukan terus menerus oleh Wahabi, jelas-jelas ini
tidak pernah dilakukan Nabi, lebih jelasnya
klik disini).
(2) (Lalu bagaimana
dengan perayaan milad partai dan organisasi Wahabi; a. Muhammadiyah, PERSIS,
Al-Irsyad, dll.) (Buktinya klik disini)
[b]. Bid'ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan,
seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar
TANGGAPAN
WARGA SUNNY/NU:
(Wahabi mungkin tidak menambah rakaat, tapi Wahabi memberat-beratkan hal yang sunnah seperti berjamaah shalat tarawih dengan membaca
Al-Qur’an berjuz-juz yang ini jelas-jelas tidak pernah dilakukan Nabi plus menggunakan pengeras suara. Lebih
lengkapnya klik disini).
[c]. Bid'ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan
ibadah yang sifatnya tidak disyari'atkan seperti membaca dzikir-dzikir (1) yang disyariatkan dengan cara berjama'ah dan suara yang keras (2). Juga seperti
membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas
sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
TANGGAPAN WARGA SUNNY/NU:
(1) Bagaimana metode penyembuhan rukyat yang dilakukan Wahabi.
Lebih jelasnya klik disini.
(2) Bagaimana dengan di masjidil haram yang menggunakan speaker
ketika jamaah dan ada suara tambahan dari imam, mana haditsnya?. Lebih jelasnya
klik disini.
[d]. Bid'ah yang bentuknya
menghususkan suatu ibadah yang disari'atkan, tapi tidak dikhususkan oleh
syari'at yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Sya'ban (tanggal
15 bulan Sya'ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan
qiyamullail itu di syari'atkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan
waktu memerlukan suatu dalil.
TANGGAPAN
WARGA SUNNY/NU:
Lebih
jelasnya masalah penghususan klik disini.
HUKUM BID'AH DALAM AD-DIEN
Segala bentuk bid'ah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
"Artinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru,
karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah
adalah sesat". [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan
shahih].
Dan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
"Artinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka
perbuatannya tertolak".
Dan dalam riwayat lain disebutkan :
"Artinya : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh
urusan kami maka amalannya tertolak".
Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien
(Islam) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat dan tertolak.
Artinya bahwa bid'ah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.
Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk bid'ahnya, ada diantaranya
yang menyebabkan kafir (kekufuran), seperti thawaf mengelilingi kuburan untuk
mendekatkan diri kepada ahli kubur, mempersembahkan sembelihan dan
nadzar-nadzar kepada kuburan-kuburan itu, berdo'a kepada ahli kubur dan minta
pertolongan kepada mereka, dan seterusnya. Begitu juga bid'ah seperti bid'ahnya
perkataan-perkataan orang-orang yang melampui batas dari golongan Jahmiyah dan Mu'tazilah.
Ada juga bid'ah yang merupakan sarana menuju kesyirikan, seperti membangun bangunan di atas kubur, shalat
berdo'a disisinya. Ada juga bid'ah yang merupakan fasiq secara aqidah
sebagaimana halnya bid'ah Khawarij, Qadariyah dan Murji'ah dalam perkataan-perkataan
mereka dan keyakinan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dan ada juga bid'ah yang
merupakan maksiat seperti bid'ahnya orang yang beribadah yang keluar dari
batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan shiyam yang
dengan berdiri di terik matahari, juga memotong tempat sperma dengan tujuan
menghentikan syahwat jima' (bersetubuh).
TANGGAPAN WARGA SUNNY/NU:
(1) Bagaimana Saudi
membangun musium untuk Kerajaan dan Madzhab Wahabi namun berani menghancurkan
rumah Nabi, buktinya klik disini.
Catatan :
Orang yang membagi bid'ah menjadi bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah syayyiah
(jelek) adalah salah dan menyelesihi sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam : "Artinya : Sesungguhnya setiap bentuk bid'ah adalah sesat".
Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menghukumi semua bentuk
bid'ah itu adalah sesat ; dan orang ini (yang membagi bid'ah) mengatakan tidak
setiap bid'ah itu sesat, tapi ada bid'ah yang baik !
Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan dalam kitabnya "Syarh Arba'in"
mengenai sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Setiap bid'ah adalah sesat", merupakan
(perkataan yang mencakup keseluruhan) (Tanggapan
Sunni; Khusus pada point ini nyata sekali Wahabi bersilat lidah ketika
mengkafirkan ahli bid'ah dan tidak mengakui bid'ah hasanah namun kenyataannya lebih parah melakukan bid’ah; diantranya shalat tarawih,
menghalalkan hal yang diharamkan Allah yaitu mengkafirkan berakibat membunuh
yang bukan golongannya, dll. Lebih jelasnya baca terus silat lidah wahabi pada
bagian akhir artikel ini, Lebih jelasnya klik disini) tidak ada
sesuatupun yang keluar dari kalimat tersebut dan itu merupakan dasar dari dasar
Ad-Dien, yang senada dengan sabdanya : "Artinya : Barangsiapa mengadakan
hal baru yang bukan dari urusan kami, maka perbuatannya ditolak". Jadi
setiap orang yang mengada-ada sesuatu kemudian menisbahkannya kepada Ad-Dien,
padahal tidak ada dasarnya dalam Ad-Dien sebagai rujukannya, maka orang itu
sesat, dan Islam berlepas diri darinya ; baik pada masalah-masalah aqidah,
perbuatan atau perkataan-perkataan, baik lahir maupun batin.
Dan mereka itu tidak mempunyai dalil atas apa yang mereka katakan bahwa bid'ah
itu ada yang baik, kecuali perkataan sahabat Umar
Radhiyallahu 'anhu pada shalat Tarawih : "Sebaik-baik bid'ah adalah
ini", juga mereka berkata : "Sesungguhnya telah ada hal-hal baru
(pada Islam ini)", yang tidak diingkari oleh ulama salaf, seperti
mengumpulkan Al-Qur'an menjadi satu kitab, juga penulisan hadits dan
penyusunannya".(1)
TANGGAPAN
WARGA SUNNY/NU:
(1) Bagaimana dengan kalimat syech tersebut diatas; "Setiap bid'ah adalah sesat", merupakan
(perkataan yang mencakup keseluruhan). Sekarang
terbuktilah ketidak konsistenan Wahabi, INILAH SYAHWAT DAN HAWA NAFSU SEKTE
WAHABI MENJUNGKIR BALIKKAN ISLAM.
Adapun jawaban terhadap mereka adalah : bahwa
sesungguhnya masalah-masalah ini ada rujukannya dalam syari'at, jadi bukan
diada-adakan. Dan ucapan Umar Radhiyallahu 'anhu : "Sebaik-baik
bid'ah adalah ini", maksudnya adalah bid'ah
menurut bahasa (1) dan bukan bid'ah menurut syariat (2). Apa saja yang
ada dalilnya dalam syariat sebagai rujukannya jika dikatakan "itu
bid'ah" maksudnya adalah bid'ah menurut arti bahasa bukan menurut
syari'at, karena bid'ah menurut syariat itu tidak ada dasarnya dalam syariat
sebagai rujukannya.
Dan pengumpulan Al-Qur'an
dalam satu kitab, ada rujukannya dalam syariat karena Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam telah memerintahkan penulisan Al-Qur'an (apakah otak Wahabi tidak bisa membedakan antara penulisan
dan pembukuan?), tapi penulisannya masih terpisah-pisah, maka
dikumpulkan oleh para sahabat Radhiyallahu anhum pada satu mushaf (menjadi satu
mushaf) untuk menjaga keutuhannya (3)
TANGGAPAN
WARGA SUNNY/NU:
(1) Ini juga logika
syahwat dan hawa nafsu, kok menciptakan bid’ah baru lagi; bid’ah bahasa untuk membenarkan
keinginannya)
(2) Kalau Wahabi ingin
konsisten seharusnya konsisten dari awal; MANA DALIL SYARIATNYA; HADITS DAN
AYAT UNTUK MEMBENARKAN SYAHWATNYA YANG SELAMA INI DILAKUKAN? TUNJUKKAN DONG!
Jangan menjungkir balikkan Islam yang katanya sudah KAFFAH; Kok bersilat lidah
dengan menambah bid’ah bahasa dan bid’ah syariat. Bentuk bid’ah apalagi ini,
menolak bid’ah hasanah namun menciptakan bid’ah baru. Konyol!)
(3) Tunjukkan dalil
hadisnya, lhoh kok kehabisan setok, bikin dong hadisnya untuk memperkuat faham
syahwatnya, Lebih jelasnya fakta-fakta Wahabi berani menghapus hadits-hadts
dalam kitab hadits yang tidak mendukung syahwatnya, bukti keberanian Wahabi menghapus hadits-hadits klik disini.
Juga shalat Tarawih,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah (1)
shalat secara berjama'ah bersama para sahabat beberapa malam, lalu pada
akhirnya tidak bersama mereka (sahabat) khawatir kalau dijadikan sebagai satu
kewajiban dan para sahabat terus sahalat Tarawih secara berkelompok-kelompok di
masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup juga setelah wafat
beliau sampai sahabat Umar Radhiyallahu 'anhu menjadikan mereka satu jama'ah di
belakang satu imam. Sebagaimana mereka dahulu di belakang (shalat) seorang dan hal ini bukan merupakan bid'ah dalam Ad-Dien (2).
TANGGAPAN WARGA SUNNY/NU:
(1) Yang namanya “pernah, dan beberapa malam” itu tidak
dilakukan secara terus menerus, tapi kenapa Wahabi shalat tarawih melakukan
terus menerus, lalu kenapa ketika sunni melakukan qunut terus menerus dikatakan
bid’ah. Lebih jelasnya tuduhan Wahabi masalah terus-menerus dalam ibadah klik disini.
(2) Ini bukti Wahabi
tidak menggunakan manjl fikr, tapi manhajl syahwat.
Begitu juga halnya penulisan hadits itu ada rujukannya dalam syariat.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk menulis sebagian hadits-hadist (Tanggapan
sunni; ini juga logika syahwat, kata sebagian itu bukan semuanya) kepada
sebagian sahabat karena ada permintaan kepada beliau dan yang dikhawatirkan
pada penulisan hadits masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara umum
adalah ditakutkan tercampur dengan penulisan Al-Qur'an. Ketika Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam telah wafat, hilanglah kekhawatiran tersebut ; sebab
Al-Qur'an sudah sempurna dan telah disesuaikan sebelum wafat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka setelah itu kaum muslimin mengumpulkan
hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagai usaha untuk
menjaga agar supaya tidak hilang (Tanggapan sunni:
Wahai kanjeng raden Wahabi.... bukankah logika ini yang dimaksud bid'ah hasanah? Mau mengakui dan menerima istilah bid'ah hasanah saja muter-muter, dasar... ora mudeng blas!); semoga Allah Ta'ala memberi balasan
yang baik kepada mereka semua, karena mereka telah menjaga kitab Allah dan
Sunnah Nabi mereka Shallallahu 'alaihi wa sallam agar tidak kehilangan dan
tidak rancu akibat ulah perbuatan orang-orang yang selalu tidak bertanggung
jawab.
[Disalin dari buku Al-Wala & Al-Bara Tentang Siapa Yang harus Dicintai
& Harus Dimusuhi oleh Orang Islam (Tanggapan sunni: Doktrin terakhir ini bukti bentuk teror
kebencian Wahabi), oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan,
terbitan At-Tibyan Solo, hal 47-55, penerjemah Endang Saefuddin.]
ARTIKEL ASLINYA
YANG TIDAK DIKOMENTARI klik disini