Sumber: http://id.wikipedia.org/
Azan (ejaan KBBI)
atau adzan (Arab: أذان) merupakan panggilan bagi umat Islam
untuk memberitahu masuknya salat fardu. Dikumandangkan
oleh seorang muadzin setiap salat
5 waktu. Lafadz adzan terdiri dari 7 bagian:
- Allahu Akbar, Allahu Akbar (2 kali); artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
- Asyhadu alla ilaha illallah (2 kali) "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah"
- Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2 kali) "Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah"
- Hayya 'alash sholah (2 kali) "Mari menunaikan salat"
- Hayya 'alal falah (2 kali) "Mari meraih kemenangan"
- Ashsalatu khairum minan naum (2 kali) "Shalat itu lebih baik daripada tidur" (hanya diucapkan dalam azan Subuh)
- Allahu Akbar, Allahu Akbar (1 kali) "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
- Lailaha ilallah (1 kali) "Tiada Tuhan selain Allah"
Sejarah
adzan dan iqamah
Adzan mulai
disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Mulanya, pada suatu
hari Nabi Muhammad SAW mengumpulkan para sahabat untuk
memusyawarahkan bagaimana cara memberitahu masuknya waktu salat
dam mengajak orang ramai agar berkumpul ke masjid untuk melakukan salat berjamaah. Di dalam musyawarah
itu ada beberapa usulan. Ada yang mengusulkan supaya dikibarkan bendera sebagai tanda waktu
salat telah masuk. Apabila benderanya telah berkibar, hendaklah orang yang
melihatnya memberitahu kepada umum. Ada juga yang mengusulkan supaya ditiup trompet seperti yang biasa dilakukan oleh pemeluk
agama Yahudi. Ada lagi yang mengusulkan supaya
dibunyikan lonceng seperti yang biasa dilakukan oleh orang Nasrani. ada seorang sahabat yang menyarankan
bahwa manakala waktu salat tiba, maka segera dinyalakan api
pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ketempat
itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada
ditempat yang jauh. Yang melihat api itu dinyalakan hendaklah datang menghadiri
salat berjamaah. Semua usulan yang diajukan itu ditolak oleh Nabi, tetapi
beliau menukar lafal itu dengan assalatu jami’ah (marilah salat
berjamaah). (KYP3095) Lantas, ada usul dari Umar bin Khattab jikalau ditunjuk seseorang yang
bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk salat pada setiap masuknya waktu
salat. Kemudian saran ini agaknya bisa diterima oleh semua orang dan Nabi Muhammad SAW juga menyetujuinya.
Asal muasal
adzan berdasar hadits
Lafal adzan
tersebut diperoleh dari hadits tentang asal muasal adzan dan iqamah:
Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah
bin Zaid berkata sebagai berikut: "Ketika cara memanggil kaum
muslimin untuk salat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi.
Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu
dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu. Jika
memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja. Orang tersebut malah
bertanya," Untuk apa? Aku menjawabnya, "Bahwa dengan membunyikan
lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan salat."
Orang itu berkata lagi, "Maukah kau kuajari cara yang lebih baik?"
Dan aku menjawab "Ya!" Lalu dia berkata lagi dan kali ini dengan
suara yang amat lantang:
- Allahu Akbar Allahu Akbar
- Asyhadu alla ilaha illallah
- Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
- Hayya 'alash sholah (2 kali)
- Hayya 'alal falah (2 kali)
- Allahu Akbar Allahu Akbar
- La ilaha illallah
Ketika
esoknya aku bangun, aku menemui Nabi Muhammad.SAW, dan menceritakan perihal mimpi itu
kepadanya, kemudian Nabi Muhammad. SAW, berkata, "Itu mimpi yang
sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan
kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara
yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal."
Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar ia juga menceritakannya kepada
Nabi Muhammad, SAW.
Asal muasal
iqamah
Setelah
lelaki yang membawa lonceng itu melafalkan adzan, dia diam sejenak, lalu
berkata: "Kau katakan jika salat akan didirikan:
- Allahu Akbar, Allahu Akbar
- Asyhadu alla ilaha illallah
- Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
- Hayya 'alash sholah
- Hayya 'alal falah
- Qod qomatish sholah (2 kali), artinya "Salat akan didirikan"
- Allahu Akbar, Allahu Akbar
- La ilaha illallah
Begitu subuh,
aku mendatangi Rasulullah SAW kemudian kuberitahu beliau apa yang kumimpikan.
Beliaupun bersabda: "Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar, insya Allah.
Bangkitlah bersama Bilal dan ajarkanlah kepadanya apa yang kau mimpikan agar
diadzankannya (diserukannya), karena sesungguhnya suaranya lebih lantang
darimu." Ia berkata: Maka aku bangkit bersama Bilal, lalu aku ajarkan
kepadanya dan dia yang berazan. Ia berkata: Hal tersebut terdengar oleh Umar
bin al-Khaththab ketika dia berada di rumahnya. Kemudian dia keluar dengan
selendangnya yang menjuntai. Dia berkata: "Demi Dzat yang telah mengutusmu
dengan benar, sungguh aku telah memimpikan apa yang dimimpikannya."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Maka bagi Allah-lah
segala puji."
HR Abu Dawud (499), at-Tirmidzi
(189) secara ringkas tanpa cerita Abdullah bin Zaid tentang mimpinya,
al-Bukhari dalam Khalq Af'al al-Ibad, ad-Darimi (1187), Ibnu Majah
(706), Ibnu Jarud, ad-Daruquthni, al-Baihaqi, dan Ahmad (16043-redaksi di
atas). At-Tirmidzi berkata: "Ini hadits hasan shahih". Juga
dishahihkan oleh jamaah imam ahli hadits, seperti al-Bukhari, adz-Dzahabi,
an-Nawawi, dan yang lainnya. Demikian diutarakan al-Albani
dalam al-Irwa (246), Shahih Abu Dawud (512), dan Takhrij al-Misykah (I: 650).
Adab adzan
Adapun adab
melaksanakan azan menurut jumhur ulama ialah:
- muazin hendaknya tidak menerima upah dalam melakukan tugasnya;
- muazin harus suci dari hadas besar, hadas kecil, dan najis;
- muazin menghadap ke arah kiblat ketika mengumandangkan azan;
- ketika membaca hayya ‘ala as-salah muazin menghadapkan muka dan dadanya ke sebelah kanan dan ketika membaca hayya ‘ala al-falah menghadapkan muka dan dadanya ke sebelah kiri;
- muazin memasukkan dua anak jarinya ke dalam kedua telinganya;
- suara muazin hendaknya nyaring;
- muazin tidak boleh berbicara ketika mengumandangkan azan;
- orang-orang yang mendengar azan hendaklah menyahutnya secara perlahan dengan lafal-lafal yang diucapkan oleh muazin, kecuali pada kalimat hayya ‘ala as-salah dan hayya ‘ala al-falah yang keduanya disahut dengan la haula wa la quwwata illa bi Allah (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah);
- setelah selesai azan, muazin dan yang mendengar azan hendaklah berdoa: Allahumma rabba hazihi ad-da’wah at-tammah wa as-salati al-qa’imah, ati Muhammadan al-wasilah wa al-fadilah wab’ashu maqaman mahmuda allazi wa’adtahu (Wahai Allah, Tuhan yang menguasai seruan yang sempurna ini, dan salat yang sedang didirikan, berikanlah kepada Muhammad karunia dan keutamaan serta kedudukan yang terpuji, yang telah Engkau janjikan untuknya [HR. Bukhari]). (KYP3095)
Menjawab
azan
Apabila kita
mendengar suara azan, kita disunnahkan untuk menjawab azan tersebut sebagaimana
yang diucapkan oleh muazin, kecuali apabila muazin mengucapkan
"Hayya alash shalah", "Hayya alal falah", dan
"Ashsalatu khairum minan naum" {dalam azan Subuh).
Bila muazin mengucapkan
"Hayya alash shalah" atau "Hayya alal falah", disunnahkan
menjawabnya dengan lafazh "La haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil
'azhim" yang artinya "Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah".
Dan bila
muazin mengucapkan "Ashsalatu khairum minan naum" dalam azan Subuh,
disunnahkan menjawabnya dengan lafazh "Shadaqta wa bararta wa ana 'ala
dzalika minasy syahidin" yang artinya "Benarlah engkau dan baguslah
ucapanmu dan saya termasuk orang-orang yang menyaksikan kebenaran itu".
Dihimpun oleh
Kiyai Sayyidah & Ustadzah Umi Lailayus Syarifah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar