Sumber: http://tausyah.wordpress.com
هَـذَا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ
(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa. Ali – ‘Imraan : 138
Sesungguhnya seindah indah cahaya
adalah Al Qur’an, dan tiadalah kamu melihat cahaya itu melainkan ia
telah menerangi hatimu ketika kamu dalam gelap gulita sedang kamu tiada
sadar. ia (Al-Qur’an) merasuk kedalam hati dan diri orang – orang yang
beriman, menunjukinya kejalan yang penuh dengan kebenaran, kesucian,
kemuliaan sehingga bersihlah hatinya dari sekalian penyakit dalam
dirinya. Amatlah ia teramat kasih atas kamu, walau sebahagian kamu
berpaling daripadanya karena lebih menyukai kitab (buku-buku) dunia yang
selain daripadanya. Ia amat bersedih atas kamu yang tengah gundah
gulana, sebab ia dapat menentramkan hatimu, meluruskan jalanmu yang
tiada bertepi, melabuhkanmu di samudera yang luas tanpa badai maupun
pasang yang dapat menghantam biduk hatimu, karena ia lah sebaik-baik
lagi sebenar-benar pelindung bagimu, jika engkau mengetahui.
Sesungguhnya ALLAH Tabaraka wa Ta ‘ala
telah menyerui kepada umat nasrani terdahulu yang membenarkan kitab yang
ada pada mereka, bahwasanya Al-Qur’an itu adalah daripada ALLAH jua dan
hendaklah mereka beriman kepadanya. Sebagaimana Firman ALLAH Ta’ala :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُواْ بِمَا أَنزَلَ اللّهُ قَالُواْ نُؤْمِنُ
بِمَا أُنزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرونَ بِمَا وَرَاءهُ وَهُوَ الْحَقُّ
مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَهُمْ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنبِيَاءَ اللّهِ مِن
قَبْلُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka:
“Berimanlah kepada Al Qur’an yang diturunkan Allah”, mereka berkata:
“Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka
kafir kepada Al Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur’an itu adalah (Kitab) yang hak;
yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: “Mengapa kamu
dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang
beriman?”. Al-Baqarah : 091.
dan tiadalah yang beriman kepada Al-Qur’an melainkan orang – orang mukminin dan mukminah, muslimin lagi muslimah,
tiadalah mereka ingkar akan ayat-ayat ALLAH yang merupakan kalam-Nya
lagi perkataan ALLAH itu, melainkan amatlah mereka teramat cinta
daripadanya. tiadalah mereka mengambil ibrah dari perjalanan dunia
melainkan dengan Al-Qur’an dan tidak pula perihal akhirat melainkan
Al-Qur’anlah sepenuhnya penuntun jalan bagi mereka.
Firman ALLAH Ta’ala :يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْراً كَثِيراً وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ
Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman
yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia
kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar
telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). Al-Baqarah : 269.
Didalam sebuah riwayat dikisahkan :
Abu Umamah r.a. berkata : “Rasulullah S.A.W telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur’an, setelah itu Rasulullah S.A.W memberitahu tentang kelebihan Al-Qur’an.”
Telah bersabda Rasulullah S.A.W :
Belajarlah kamu akan Al-Qur’an, di akhirat nanti dia akan datang kepada
ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya.”
Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, ” Kenalkah kamu kepadaku?” Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : “Siapakah kamu?”
Maka berkata Al-Qur’an : “Akulah yang
kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan
kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari.”
Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur’an itu : “Adakah kamu Al-Qur’an?” Lalu Al-Qur’an mengakui dan menuntun orang
yang pernah membaca mengadap Allah S.W.T. Lalu orang itu diberi
kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia
meletakkan mahkota di atas kepalanya.
Pada kedua ayahdan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia
walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : “Dari manakah kami
memperolehi ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?”Lalu dijawab : “Kamu diberi ini semua kerana anak kamu telah mempelajari Al-Qur’an.
Amalan Riyadloh Puasa Al-Qur'an
Sumber: http://id.shvoong.com
Puasa Riyadhah Al-Qur’an Tirakat Cinta Generasi Qur’ani Setiap umat islam diberi kesempatan Allah untuk menjadi kekasih Al-qur’an Butuh tirakat cinta untuk Al-qur’an, agar bisa menjadi kekasih Al-qur’an. Puasa Riyadhah Al-qur’an adalah salah satunya. begitulah puasa riyadhah Al-qur’an lahir sebagai laku kearifan para perindu Al-qur’an. Puasa yang dikolaborasikan dengan wirid Al-qur’an ini adalah lakon tirakat cinta. Tidak berlebihan jika di sebut dengan Tirakat, karena butuh minimal satu tahun penuh berpuasa dan mewirid bacaan Al-qur’an minimal satu juz dalam sehari. Dan tidak berlebihan pula di bumbui dengan istilah ‘’cinta’’, karena hanya orang-orang yang benar-benar jatuh cinta pada Al-qur’an, yang berani memutuskan untuk melakoni puasa ini. Ijazah puasa Dalail Qur’an bermuara pada satu eyang guru, yakni syaikh Ahmad Basyir al hajj. Beliau adalah mujiz puasa Riyadhah Al-qur’an yang merupakan penerus dari mujiz pertama, syaikh yasin. Ijazah puasa Dalail Alqur’an ini merupakan warisan syaikh yasin kepada KH. Ahmad Basyir selain ijazah puasa Dalail Khairat. Puasa Riyadhah Al-Qur’an pada hakikatya sama dengan puasa Dalail Khairat. Keduanya merupakan riyadah menyucikan jiwa [tazkiya al nafs] dengan berpuasa dahr [tahunan] dan wirid tertentu. Bedanya, puasa Dalail Khairat [sebagaimana ijazah dari syaikh Ahmad Basyir] di lakukan selama kurun waktu 3 tahun berturut-turut, sedangkan puasa Riyadhah Al-Qur’an di lakukan hanya dalam kurun waktu minimal satu tahun. Selain itu, puasa Dalail Khairat dilakukan dengan kolaborasi wirid shalawat Dalail al Khairat sementara puasa – Dalail Al-Qur’an dibarengi dengan wirid Al-Qur’an, minimal satu juz hatam dalam sehari semalam. Puasa Riyadhah Al-Qur’an ini lebih diutamakan bagi para santri yang tengah dalam proses belajar Al-Qur’an, baik bin nadhar maupun bil hifdzi. Lebih utama lagi mereka yang menghafal Al-Qur’an dengan tujuan agar wirid Al-Qur’an dapat membantu proses menghafal dan menjaga hafalan Al-Qur’an. Sejuta Khasiat Puasa Riyadhah Qur’an Seandainya riyadhah puasa dan membaca Al-Qur’an tidak bermanfaat,tentu rasulullah tidak menganjurkan Abdullah Bin Amr Bin Ash untuk berpuasa dan wirid qira’atul Qur’an. Ini menandakan bahwa segala bentuk riyadhah dan amalan dalam islam pasti memiliki ruh,punya tujuan yang jelas,dan yang pasti berkhasiat.sebagaimana Allah tidak mungkin menciptakan dunia seisinya dengan maksud yang bercanda. Demikian halnya dengan kearifan ajaran islam tidak mungkin disyaratkan atau setidaknya dianjurkan,melainkan memiliki maksud dan manfaat yang jelas. Sebagaimana puasa ramadhan,ia disyaratkan tidak hanya sekedar sebagai momen untuk merasakan dahaga dan lapar,melainkan untuk tujuan yang lebih mulia dan bermanfaat bagi manusia. Puasa dapat menyehatkan badan. Asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat dikontrol sehingga tidak berlebihan.tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh,sehingga organ tubuh dapat bekerja dengan seimbang. Puasa juga dapat menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh,selain juga dapat mengurangi lemak berlebih yang dapat mengganggu keseimbangan bentuk dan fungsi tubuh. Tirakat Para Penjaga Wahyu Pertayaannya sekarang,apa sebenarnya rahasia puasa Riyadhah Qur’an?mengapa puasa Riyadhoh Al-Qur’an digandengkan dengan wirid membaca Al-Qur’an satu khataman dalam satu bulan? Ada beberapa penjelasan yang bisa menjawab pertanyaan ini. Pertama,puasa riyadhoh Qur’an adalah tirakat sufi Mengapa Riyadhah Al-Qur’an itu sufi? Bagaimana tidak,setiap hari para pengamalnya menguras diri dari berbagai perbuatan maksiat dan dosa.bukankah puasa itu bisa menghindarkan seorang hamba dari delik maksiat,libido seks,nafsu bejat.dan bukankah puasa juga akan menggerogoti tiap kepal dosa yang sudah kita koleksi selama ini?jadi puasa satu tahun penuh itu hakikatnya adalah proses menguras kotoran jiwa kita. Setelah jiwa kita bersih,maka wirid Al-Qur’an akan mengisinya dengan sejuta kebaikan.bukankah membaca Al-Qur’an dijanjikan sepuluh kali lipat tiap hurufnya? Kedua,tirakat janji setia para pecinta Al-Qur’an Seandainya bukan para pecinta Al-Qur’an,sulit kemungkinan memutuskan untuk melakoni puasa Dalail Al-Qur’an.puasa ini tidak bisa dilakoni dengan keyakinan yang setengah-setengah,tidak pula kepura-puraan. Jika ada yang setengah hati melakoni puasa ini, hasilnya mungkin putus ditengah jalan, atau puasanya tetap jalan tapi wirid Al-Qur’annya munumpuk hutang. Padahal, jika sudah berbaiat ijazah puasa Riyadhah Al-Qur’an ini, berarti ia berjanji untuk melakukanya, dan apabila di tinggalkan, maka ia wajib mengganti. Hal yang terpenting dalam puasa Dalail Al-Qur’an adalah tidak sebatas puasa tiap hari. Jauh lebih penting adalah wirid Al-Qur’anya. Setiap pengamal ‘’wajib’’ menghatamkan Al-Qur’an minimal satu kali dalam satu bulan. Jika tidak hatam, maka ia berhutang dan wajib mengqodlo. Mengapa demikian? Karena hakikatnya puasa Riyadhah Al-Qur’an tidak sekedar ritual ibadah, tidak sebatas persoalan hitungan pahala saja,lebih dari itu,puasa plus wirid Al Qur’an ini adalah metode untuk membudayakan Al Qur’an menjadi bagian hidup kita. Ketiga,puasa riyadhoh Al Qur’an sebagai strategi belajar Al Qur’an Sebuah teori belajar mengatakan bahwa nilai pendidikan dan ketrampilan yang kita peroleh adalah bukan suatu yang instan,melainkan usaha dan kebiasaan yang dilakukan secara terus- menerus,berkesinambungan dan memberikan sebuah perubahan.demikian halnya yang dilakukan puasa riyadhoh Al Qur’an terhadap mereka yang belajar Al qur’an dengan membacanya secara istiqomah,sehingga kekuatan memori ingatan lebih terlatih untuk menangkap kode,makna dan seruan dari setiap yang dibacanya. Sederhananya,orang yang membaca Al Qur’an tiga puluh juz dalam sehari,tentu sulit untuk mengingat atau sekedar menemukan hal-hal yang berkesan dari bacaanya. Keempat,puasa riyadhoh Al Qur’an sebagai metode terapi kesehatan. manfaat ini sangat nyata dalam laku puasa riyadhoh Al Qur’an.puasa tersendiri telah merupakan metode untuk menyembuhkan dan sekaligus menjaga kesehatan,baik fisik maupun ruhani.sementara kemukjizatan Al Qur’an sebagai obat juga tidak terbantahkan. Disusun oleh Kiyai Sayyidah ”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar